
Mahasiswa Papua Gelar Aksi Nasional Tolak Freeport: “Kembalikan Hak Rakyat Amungsa, Hentikan Eksploitasi Tanah Papua!” Senin(7/4/25)
Manokwari, BeritaJoin.com — Mahasiswa dari Forum Independen Mahasiswa West Papua (FIM-WP) Wilayah Manokwari menggelar aksi demonstrasi damai menolak keberadaan PT Freeport Indonesia di Papua, Senin (7/4/25). Aksi ini merupakan bagian dari gerakan nasional yang digelar serentak di sejumlah kota besar di Papua seperti Jayapura, Sorong, Timika, dan Nabire.
Aksi yang dipusatkan di Jalan Gunung Salju, Amban, tepatnya di depan Asrama Mansinam 1, Manokwari, mengusung semangat perlawanan terhadap eksploitasi sumber daya alam Papua yang dianggap mengorbankan hak dan martabat masyarakat adat, khususnya rakyat Amungsa di wilayah Mimika.
Koordinator lapangan, Loti Selak, menegaskan bahwa demonstrasi ini adalah bentuk perlawanan terhadap kontrak kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat yang membuka kembali ruang bagi Freeport untuk menambang emas di tanah Papua.
“Freeport bukan hanya soal tambang, tapi simbol penjajahan ekonomi dan perampasan ruang hidup rakyat Papua. Kami menolak keras! Ini tanah leluhur rakyat Amungsa, bukan lahan investasi asing,” ujar Loti dengan tegas dalam orasinya.
Aksi yang berlangsung damai tersebut sempat diwarnai upaya penghadangan oleh aparat Polresta Manokwari. FIM-WP menyayangkan tindakan tersebut dan menilai sebagai bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat, yang dijamin dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998.
Dalam aksi tersebut, FIM-WP menyampaikan enam tuntutan utama:
1.Tutup PT Freeport Indonesia dan kembalikan hak kedaulatan rakyat Amungsa.
2. Hentikan seluruh operasi militer di Papua, serta tarik pasukan organik dan non-organik.
3. Batalkan proyek strategis nasional (PSN) di Merauke, Manokwari, dan wilayah Papua lainnya.
4. Tutup seluruh perusahaan ilegal yang beroperasi di Tanah Papua.
5.Tolak RUU TNI yang dianggap mengancam demokrasi dan supremasi hukum.
6. Berikan hak penentuan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyat Papua.
FIM-WP menegaskan bahwa aksi serupa akan terus dilakukan sebagai bentuk konsistensi perjuangan mahasiswa Papua untuk menolak eksploitasi dan kekerasan yang terjadi atas nama pembangunan.
“Kami menyerukan solidaritas nasional. Tanah Papua bukan ladang bisnis, tapi rumah bagi masyarakat adat yang selama ini dikorbankan,” pungkas Loti.
Aksi ini menjadi pengingat kuat bahwa di tengah sorotan global terhadap hak asasi manusia, suara rakyat Papua menuntut keadilan dan pengakuan masih terus menggema — menantang sistem yang dianggap tak berpihak pada keberlangsungan hidup dan hak-hak dasar masyarakat adat Papua.[Jls]